Artikel
SIMBAH SEKALIGUS GURUKU
Tanggal : 06-10-2021 14:08, dibaca 220 kali.
SIMBAH SEKALIGUS GURUKU By. Amin Marzuqi, S.Th.I
Malam semakin larut suara jangkrik di halaman terdengar jelas mengalun alun seolah mereka sedang asyik menyanyikan sebuah lagu pengantar tidur yang mampu menyihir para pendengarnya sehingga mereka tertidur dengan pulasnya dan hidup dalam buaian sang bunga mimpi masing masing. nyiur angin malam tak mau kalah dengan nyanyian jangkrik yang begitu mendukung untuk menggulungkan tubuh dalam balutan selimut hangat.
Sebuah jam alarm mendadak memecah kebekuan, mengejutkanku dari buaian bunga mimpi yang ku nikmati, tanganku mendadak tersembul dari balik selimut seraya meraba raba meja, seolah mencari jam alarm nakal yang telah mengusik mimpi indahku, dengan segera alarm kumatikan, perlahan aku membuka mata dan melihat ke arah jam. “sudah pukul 03. 00 pagi”. ucapku dengan mata yang masih mengantuk.
Tak ingin mengulur ulur waktu, aku langsung bergegas ke kamar mandi untuk mengambil whudu’, “dinginnya…” rintihku dalam hati, namun, rasa yang dingin itu ku tahan, karena aku tahu rasa malas untuk berwhudu itu datang dari syaithon musuh nyata manusia. setelah berhasil melawan rasa malas untuk berwudhu’, kini aku ditimpa rasa malas untuk melakukan ibadah rutin, sholat tahajjud, “duh, ngantuk banget ni, tapi, aku tak ingin menyia nyiakan kesempatan untuk semakin dekat dengan Allah dan mengadukan segalanya”. ucapku dalam hati. aku berjalan dengan pelan menuju lemari dan segera aku memakai baju koko kesayanganku dan langsung berdiri di atas sajadah untuk memulai sholat dengan niat karena Allah semata. dalam sholatku ada perasaan sejuk, tentram di dalam jiwaku,inilah sebuah kenikmatan yang tiada tara, ketika seorang hamba berkomunikasi dengan Tuhan sang pencipta dirinya, maka kekalutan dan kesedihan itu hilang karena hati telah tenang dan terpaut dengan cintanya.
usai sholat tahajjud, dengan hati penuh pengharapan ampunan dan keridhoan, aku membaca istighfar dan berdzikir sembari mengingat dosa yang telahku lakukan, tak terasa air mataku mengalir membasahi pipi seraya menadahkan tangan ke atas dan membacakan do’a pujian untuk Allah dan Rasululullah, serta tak lupa doa ampunan untuk diriku,
orangtua, keluarga, sahabat, guru dan saudara seiman seakidahnya, kemudian dilanjutkan dengan membaca do’a yang biasa kubaca sesudah sholat tahajjud dan kemudian kuikuti dengan curahan hati kepada sang kekasih tercinta yaitu Allah swt. “ya Allah, engkaulah yang paling mengetahui diriku dan yang paling mengetahui apa yang terbaik untukku, engkaulah yang membukakan pintu pintu taubat dan pintu hidayahmu, ampuni hambamu ini ya Allah, yang terkadang melupakanmu, melupakan petunjukmu, beri hamba kesabaran, keikhlasan, kemudahan dalam mendapatkan ilmu yang berkah, dan berilah kemudahan bagi hamba dalam melakukan sesuatu yang engkau dan Rasulullah cintai, karena hanya cintamu yang hamba harapkan, ya Allah, jagalah hati ini dari cinta duniawi yang menjauhkan hamba denganmu, dan berilah hamba kesabaran dalam mengahadapi ujian yang engkau berikan. amin,” pintaku dengan lirih dalam tangis. air mata masih mengalir di pipiku, aku membuka alquran dengan lembut dan langsung membaca salah satu suroh yang paling aku gemari dan salah satu suroh dalam Alquran yang Rasulullah cintai, Yaitu Suroh Al-fath. dengan tajwid dan tartil aku melantunkan Alquran, meskipun disaat tengah malam seperti ini, suara timbul tenggelam, namun, dengan semangat aku membacanya sampai akhir ayat Suroh Al-fath tersebut, tak lupa juga aku mentadabburinya, karena membaca tanpa mentadabburi itu seperti makan sayur tanpa garam, rasanya hambar.
tak terasa waktu bergulir cepat, setengah jam lagi azan shubuh berkumandang, tanpa pikir panjang, aku melepas pakaianku dan segera menuju kamar mandi dan mandi pagi tanpa lupa mengambil whudu’, karena aku paham betul mengenai manfaat dan keutamaan mandi sebelum sholat shubuh yang dulu sering diajarkan oleh simbahku, “Allohu akbar.. Allohu akbar”, terdengar indah di telinga, sang muazzin yang begitu merdu suaranya. segera Risa bangkit dan menunaikan sholat shubuhnya, karena sholat diawal waktu itu sangat penting, selain memiliki keistimewaan, sholat diawal waktu mengajarkan tentang kedisiplinan, terutama dalam disiplin memenuhi panggilan Allah, jika saja seorang dosen memanggil kita, maka tanpa pikir panjang kita langsung segera menemuinya, jika terlambat, maka dosen pun akan marah, dan tidak suka dengan sikap yang menyepelekan perintahnya. maka Allah juga begitu, Allah menyukai orang orang yang berbuat baik.
Dengan izin Allah mentari pagi kembali tersenyum pada dunia, menyapa pagi dengan sinarnya. burung burung yang berada disangkarnya bernanyi menemani pagi diiringi angin sepoi yang semakin memperindah suasana hatiku. “inilah salah satu kenikmatan
yang Allah anugrahkan, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan..? Alhamdulillah, terima kasih ya Allah telah. memberiku kenikmatan terbesar, yaitu nikmat iman dan islam, nikmat indahnya taat padamu, maka tetapkanllah hatiku ya Allah atas agamamu dan taat padamu”. Ucapku doaku dalam hati.
Pagi yang indah, dengan senyuman dan nyanyian sholawat aku menghidupkan suasana sebagai penyemangat dirinya dalam mencintai Rasulullah. Tlit.. tlut… tlut.. tlit.. WA masuk. “ Assalamu’alaikum” Mas pulang ya Simbah Kakung Meninggal, tertulis pesan dari Adikku. Innalillahi wa innailahi roojiun. Belum sempat membalas Iya atau Tidak untuk pulang air mataku sudah menetes. Begitu terasa kaget dan sedihnya hatiku. Dengan tangan sedikit bergetar ku jawab WA dari adiku ya mas langsung pulang.
Setelah berpamitan dengan istri dan anaku, aku langsung bergegas ke terminal dan naik Bus jurusan Kebumen. Aku merantau di Jogja sudah tiga belas tahun, sejak kuliah sampai aku menikah dan punya dua anak saat ini. Terpaksa mereka tidak aku ajak karena begitu ingin cepat sampai di rumah.
Di perjalanan mataku masih berkaca-kaca, sambil mengingat begitu mendalam kenanganku bersama beliau. Guru pertama yang mengajariku huruf hijaiyah, menasehatiku tentang ilmu-ilmu agama, dan nasihat-nasihat lainnya sehingga aku bisa memahami nikmatnya beragama seperti saat ini. Diantara cucu-cucu beliau akulah yang paling dekat, bahkan ketika SMA aku tidak tinggal bersama orang tuaku melainkan dengan simbahku.
Dulu aku yang sering memijitinya, menyuapinya makan, dan menunggunya ketika sakit. Aku begitu kagum dengan beliau, karena Qonaah dan zuhudnya dalam menjalani hidup. Bisa dibilang beliau itu sebenarnya orang kaya, tapi tidak pernah menggunakan kekayaannya untuk kepentingan pribadinya. Sampai di usianya yang 90an beliau tidak punya motor atau kendaraan mewah lainnya, padahal beli mobilpun sebenarnya bisa. Jika berpergian beliau lebih senang menggunakan sepeda onta tua miliknya. Di usianya yang sudah sepuh, beliau memilih tinggal sendiri, padahal sudah berulangkali diminta tinggal bersama orang tuaku sebagai anaknya, Alasan beliau pasti selalu sama tidak mau merepotkan anak. Oleh karena itu akulah yang kemudian menemani beliau tinggal di rumahnya.
Sesampainya di rumah aku langsung bergegas ke tempat beliau, disana sudah banyak orang berkerumun. Ku ucapkan Assalamu’alaikum, lalu bersalaman dengan beberapa tamu yang ada dan langsung menuju ruang tamu, tempat untuk meletakkan jenazah simbahku. Dengan rasa sedih dan kehilangan, kubuka kain putih yang menutupi jenazah simbahku. Kulihat wajahnya begitu bercahaya, putih, bersih, dan nampak hanya seperti orang tertidur pulas, bahkan ada sedikit senyuman dibibirnya layaknya orang sedang bermimpi indah. Setelah mencium kening beliau, kututupkan kembali kain itu dan kulaksanakan sholat jenazah sebagai tanda penghormatan. Dalam doaku ya Alloh ampunilah segala dosa beliau, luaskan kuburnya, dan berikanlah beliau tempat yang terbaik disisi-MU.
Pengirim : Amin Marzuqi,S.Th.I
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
- Liburan Kenaikan Kelasku
- Andina Dan Ikan Mutiara
- Berbuat Baik pada Tetangga
- Akhlaq Rasulullah Teladan Umat
- Pembiasaan Ahlakul Karimah
Komentar :
Kembali ke Atas